Setahun belakangan ini saya dan Andreu memutuskan untuk berusaha pakai kacamata kuda dan membatukan hati saat melihat dan mendengar suara kitten. Terdengar egois? Percayalah gak semudah itu. Alasan kami karena kami tidak mau jadi hoarder kucing. 90% berhasil, tapi kalau ketemunya bayi kucing dengan kondisi mengenaskan dan udah di depan mata, ya mau gak mau angkut.
Kami berdua tidak mau menyandang predikat rescuer untuk kucing atau anjing. Sedari bergabung dengan organisasi penyelamat hewan domestik pun, kami memang karena mengikuti kata hati. Bukan sok-sokan biar keliatan eksis, walau ujung-ujungnya emang cuma dimanfaatin (untung masih kere jadi dimanfaatinnya tenaga doang. Eaaaa)
Oh well, daripada entar dibilang cari panggung, gak perlu buka luka lamalah ya. Yang penting yang udah paham mah paling senyum-senyum doang yess. Balik ke masalah anak-anak kaki 4. Saya pertama kali rescue disaat dewasa itu adalah 4 anak bayik yang baru lahir yang saya temukan di kotak sepatu, masih ada ari-ari, badan mereka dililit benang gelasan layangan. Kebayang frustasinya saat itu? Mana belum pernah megang bayi kucing.
Anak-anak itu gak bertahan, yes wafat semua dalam hitungan jam karena memang kondisinya mengenaskan. Segala upaya sudah saya lakukan. Kasih susu, lampu, kain tebal, tetap saja mereka mati. Next Chino, anak kecil yang terdampar di pinggir jalan besar yang habis disiram kopi. Lagi-lagi gak survive. Lalu saya pun berjanji gak mau rescue lagi setelah itu. Sampai akhirnya ketemu Theta.
Setelah Theta entah sudah berapa banyak anak-anak kucing yang kami rescue. Bukannya riya, tapi entah sudah berapa banyak anak, kami tidak tahu karena sudah tidak menghitung lagi. Yang survive dari kondisi terparah ada, yang gak bertahan pun juga gak usah ditanya. Andreu pernah bilang kalau tangan saya ini memang diciptakan untuk menolong mereka.
Ada anak-anak yang bahkan saya sendiri sudah pasrah kalau melihat kondisi mereka. Tapi ternyata survive. Salah satunya Emeh a.k.a Rain yang hampir sama dengan Theta kondisinya, bahkan berminggu-minggu tinggal tulang dan kulit. Serta tidak bisa berdiri untuk menopang badannya. Sekarang? Walaupun batuk-batuknya kadang bikin orang kaget, anaknya Alhamdulillah sehat.

Ini Emeh
Yang tidak bertahan pun tak terhitung. Namun saat ini saya sudah berada di titik hati saya tidak merasakan apa-apa lagi saat mereka pergi. So jangan harap menemukan postingan saya yang berisi drama kalau ada yang pergi. Soalnya saya bukan hoarder dan gak ngumpulin donasi, jadi gak perlu drama supaya orang kasihan. Eh, julid lagi kan.. 😛
Bukan berarti saya gak sedih. Tapi saya paham betul bahwa saya sudah berusaha. Dan saya pun sudah mengerti bahwa kematian adalah kehendak Sang Pencipta. Mungkin saya dan Andreu ditugaskan untuk memberikan kenyamanan untuk mereka di ujung hidup mereka. Btw gak banyak lho yang paham apa yang saya ucapkan di atas, tapi kalau kamu sudah melewati banyak kematian, kamu akan paham kok.
Tidak ada yang bisa kamu lakukan saat detak jantung itu berhenti. Sekali lagi, yang paling penting adalah sebelumnya sudah dilakukan berbagai cara dan upaya agar anak-anak itu sehat. Bukan mengabaikan mereka tanpa diberi pengobatan. Tapi tetap semua kembali kepada Allah SWT toh? Dan itulah yang membuat saya kuat sampai detik ini.
Mungkin untuk sebagian orang akan tanya, buat apa sih peduli sama kucing? Di lingkungan tempat tinggal saya saja ada orang tua yang membiarkan anak-anaknya melempar anak kucing ke kali, terus buat apa menyelamatkan mereka? Jawaban saya adalah.. Karena mereka juga punya nyawa. Detak jantung mereka juga berdegup sama seperti kita. So why not we gave them one last chance to live?

Uduk, yang sekarang udah di Rainbow Bridge
Manusia diberikan akal yang lebih tinggi dari makhluk lain. Tapi sayang, terkadang malah keblinger dan berubah jadi arogan dengan merasa paling superior. Merasa bahwa kucing/hewan lain hanya pengganggu dan gak ada yang lebih pantas hidup di bumi selain manusia. Padahal seringnya manusia yang menggangu hewan dengan berbuat semena-mena, menghancurkan habitat mereka, mengeksploitasi, dll. Arogan kan? Padahal Rasulullah SAW bersabda,
“Sayangilah makhluk yang ada dibumi, niscaya yang ada di langit akan menyayangimu“. (Hadits Shahih, Riwayat ath-Thabrani)
Sangat disayangkan kalau sekarang semakin banyak manusia yang ignore dengan hal ini. Padahal banyak hal sederhana yang bisa dilakukan untuk menjaga para makhluk hidup ciptaan Allah SWT. Mulai dari ajari anak agar tidak mengganggu binatang apa pun kecuali nyawa sang anak terancam. Sampai steril hewan peliharaan agar tidak terus beranak pinak yang menyebabkan overpopulasi.
Manusia diberi akal lebih oleh Allah SWT, maka pergunakan akal itu bukan untuk menyakiti tapi pakai untuk saling mengasihi, bahkan antar species karena sama-sama makhluk hidup ciptaan Allah SWT..
Salam mamak super!
Uchy Sudhanto
Aku terkadang juga mesti tegain hati, padahal sering banget ketemu kucing penuh luka. Tapi aku menyadari keterbatasan yang ada pada aku, belum lagi mertua yang sangat benci kucing, jadi tetep bantu sebisaku.