Setiap orang tua pasti ingin mencari pendidikan yang terbaik untuk anak. Sebagai orang tua baru merasakan saat mulai mencari sekolah untuk Alula. Minggu lalu saat mendatangi open house sekolah yang dituju Alula, kepala sekolahnya sempat membahas program inklusi di sekolah tersebut.
Jujur saja Bunchy masih bingung apa itu program inklusi sampai akhirnya mengikuti live talkshow Ruang Publik KBR dengan NLR Indonesia mengenai kusta. Dan tema khusus kali ini adalah Pendidikan Bagi Anak dengan Disabilitas dan Kusta. Menarik sekali karena disini dibahas pula mengenai program inklusi untuk anak penderita kusta, yaitu dari Ignas Carly, seorang siswa kelas 5 SDN Rangga Watu yang merupakan penyandang disabilitas penyakit kusta.
Apa itu Penyakit Kusta?
Sebelumnya untuk yang penasaran, apa sih kusta itu? Menurut alodokter.com, Penyakit kusta atau lepra adalah penyakit infeksi bakteri kronis yang menyerang jaringan kulit, saraf tepi, serta saluran pernapasan. Kusta atau lepra dikenal juga dengan nama penyakit Hansen atau Morbus Hansen.
Penyebab penyakit kusta adalah bakteri Mycobacterium leprae. Nah bakteri ini yang dapat menularkan dari satu orang ke orang lainnya melalui percikan cairan dari saluran pernapasan (droplet), yaitu ludah atau dahak, yang keluar saat batuk atau bersin.
Walau penyakit kusta ini merupakan penyakit menular, tapi sebenarnya gak gampang menular lho. Karena untuk dapat tertular perlu kontak yang terus menerus dalam jangka waktu yang lama. Makanya kita harus berantas nih stigma mengenai penyakit kusta terutama kepada para penderitanya.
Sekarang ini masih banyak stigma terhadap penyakit kusta sehingga masih banyak penderita kusta yang mengalami perlakuan tidak menyenangkan dari sekitarnya. Tak sedikit yang dikucilkan oleh keluarga dan lingkungan. Bahkan jaman dulu banyak penderita kusta yang akhirnya harus putus sekolah.
Program Inklusi Bagi Anak Penderita Kusta
Pada kesempatan talkshow kemarin turut hadir Bapak Anselmus Gabies Kartono dari Yayasan Kita Juga (Sankita) dan Bapak Fransiskus Borgias Patut (Kepala sekolah SDN Rangga Watu Manggarai Barat, Nusa Tenggara Timur). Bapak Anselmus merupakanperwakilan dari Sankita. Sankita yang berlokasi di Kabupaten Manggarai Barat, Nusa Tenggara Timur.
Sankita memiliki fokus pada pendidikan inklusi di daerah tersebut. Hal ini dikarenakan disana banyak anak berkebutuhan khusus yang akhirnya harus putus sekolah. Program inklusi sendiri adalah program dari sekolah reguler yang menerima anak berkebutuhan khusus. Dan sekolah yang terpilih disana adalah SDN Rangga Watu.
Ignas Carly merupakan seorang anak yang menyandang disabilitas penyakit kusta. Pak Anselmus melakukan pendampingan kepada Ignas agar bisa sekolah di kelas 5 SDN Rangga Watu. tantangan terbesar adalah anak-anak tersebut tertekan oleh stigma masyarakat, selain itu, masih banyak orangtua yang belum memiliki kesadaran untuk menyekolahkan anak penyandang disabilitas, serta kurangnya sarana, prasarana, serta tenaga pendidik untuk penyandang disabilitas.
Beruntungnya Sekolah SD Negeri Rangga Watu Manggarai yang merupakan sekolah regular dan saat ini dipimpin Bapak Fransiskus Borgias Patut menyediakan program inklusi untuk anak penyandang disabilitas. Ternyata hal ini dikarenakan Sekolah Luar Biasa atau SLB di wilayah Manggarai Barat sangatlah terbatas. Padahal di daerah tersebut banyak anak-anak disabilitas yang membutuhkan pendidikan.
Dengan permasalahan yang ini, sejak tahun 2017 sejak dikeluarkan SK Penyelenggaraan Pendidikan Inklusif, SD Negeri Rangga Watu menjadi sekolah inklusif untuk memberikan pendidikan yang layak bagi anak-anak berkebutuhan khusus disana.
Ada Ignas Carly yang berbagi cerita bersekolah di SD Negeri Rangga Watu. Ia sangat senang sekolah disana, karena pendidik dan teman-teman yang memperlakukannya dengan baik. Bahkan ia memiliki banyak teman di sekolah yang juga sering membantunya. Ignas mendapat perlakuan yang sama dan kesempatan yang tidak berbeda dari anak-anak lain. Kalaupun ada yang mengejeknya, ia hanya akan tertawa.
Melihat hal ini banyak sekali sebenarnya kebutuhan pendidikan yang layak bagi semua anak. Baik reguler maupun penyandang disabilitas, untuk itu butuh dukungan dari seluruh lapisan masyarakat agar program inklusi ini bisa berhasil. Stop stigma buruk terhadap penyandang disabilitas, karena mereka berhak mendapat kehidupan yang layak..
Leave a Reply