Saat mendengar tangisannya yang pertama kali membuat semua rasa sakit yang saya rasakan selama 16 jam hilang begitu saja. Saat tubuh mungilnya berada di dada saya dan jemari mungilnya menggenggam jemari ini, saya sadar hidup saya sudah berubah total. Bayi perempuan mungil ini yang akan mengambil alih hari-hari saya.
Tak pernah terbayangkan sebelumnya bagaimana perasaan saya di hari pertama menyandang predikat “Ibu”. Kelahiran Alula tidaklah mudah. Pada detik-detik terakhir malah justru dia divonis belum masuk ke jalan lahir. Padahal pada pemeriksaan terakhir, kepalanya sudah masuk di jalan lahir.
Saat itu rasanya sungguh luar biasa. Dalam keadaan menahan sakit, saya harus berusaha membuat Alula masuk ke jalan lahir. Berjalan bolak balik di dalam rumah bidan, membujuk Alula supaya kepalanya masuk ke jalan lahir. Sembari kontraksi yang hilang timbul sesuai dengan bukaan berapa.

Alula saat baru lahir
Waktu terasa lambat. Hingga sekitar jam setengah 4 sore saya merasakan ketuban pecah. Sudah tak tahu lagi apa yang terjadi, yang teringat hanya instruksi bidan untuk mendorong disaat kontraksi itu muncul. 3 kali percobaan gagal, entah racauan apa saja yang keluar dari mulut. Bahkan sampai ada ucapan tidak kuat. Namun suami saya berbisik, “Sedikit lagi sayang, kepalanya Al sudah keliatan.” Percobaan setelahnya, bayi perempuan mungil itupun lahir..
Tidak pernah rasanya saya merasakan rasa hangat yang mengisi hati hanya dengan memandang wajah mungil yang sedang tertidur lelap itu. Genggaman tangannya mampu membuat saya berucap, “Bunda disini nak. Bunda akan selalu ada disisi kamu”. Perjuangan panjang setelah melahirkannya pun terasa tak sebanding. Malam-malam kurang tidur, rasa sakit saat pertama kali menyusui, bahkan hari sibuk yang bahkan membuat lupa mengurus diri sendiri.
Sejujurnya saya tidak pernah mempunyai role model menjadi seorang ibu yang baik dalam hidup saya. Alm. Mama meninggal saat saya berusia 7 tahun. Hanya kenangan samar yang terkadang sekelebat di dalam memori saya. Mantan ibu-ibu sambung saya pun demikian. Bahkan mereka hanya menimbulkan trauma untuk saya.
Ya, saya sempat trauma dengan peran seorang ibu. Saya tidak pernah punya hubungan yang benar-benar baik kepada para mantan ibu sambung saya. Sehingga saya sempat berpikir bahwa hubungan harmonis antara ibu dan anak itu hanya ada di film. Perlakuan mereka kepada saya benar-benar membuat saya skeptis dan sempat enggan menjadi seorang ibu.
Tapi jelas itu dulu.. Jauh sebelum saya merasakan sendiri janin tumbuh di rahim saya. Jauh sebelum saya menatap mata bulat mungil yang bibirnya selalu tersenyum.
Saya tidak pernah mengira akan bisa jatuh cinta sedalam ini lagi..
Rasa cinta yang mampu membuat saya rela melakukan apa pun untuk dirinya. Rasa cinta yang membuat saya melantunkan doa setiap saat agar ia tumbuh menjadi seorang wanita yang kuat, pintar dan sholehah.
Saking besarnya rasa cinta ini sampai bisa membuat saya patah hati tatkala harus melihat Alula sakit. Alula jarang sekali sakit. Makanya saat ia mengalami demam tinggi akibat imunisasi, rasanya separuh saya remuk melihatnya rewel menahan sakit. Hampir setiap saat saya cek menggunakan termometer. Alhamdulillah terbantu sekali dengan kehadiran Tempra Drops, obat penurun panas bayi yang mengandung Paracetamol yang mampu meredakan rasa nyeri dan menurunkan demam pada Alula.
Untungnya saya ingat untuk memberikan Tempra kepada Alula. Saya percaya dengan Tempra karena sejak jaman adik saya kecil sekitar 20 tahun lalu, obat demam untuk anak ini sudah direkomendasikan. Alula menggunakanTempra Drop untuk anak dibawah usia 2 tahun. Namun untuk usia 1-6 tahun bisa menggunakan Tempra Syrup.
Alhamdulillah Tempra aman di lambung anak, gak perlu repot mengocok obat ini karena 100% larut. Dosisnya tepat, tidak menimbulkan over dosis atau kurang dosis. Sebagai obat demam untuk anak, Tempra juga tidak mengandung alkohol sehingga aman untuk bayi sekali pun. Rasa dari Tempra pun juga tidak pahit karena memiliki rasa buah anggur sehingga meminimalisir disembur keluar lagi sama Alula. Anak sakit jelas menjadi sesuatu yang menakutkan bagi setiap ibu. Itulah pentingnya selalu sedia Tempra di rumah sebagai P3K demam pada anak.
Tidak ada habisnya rasa syukur saat melihat ia berangsur membaik. Demam pada anak membuat saya rela melakukan apa saja asal saya yang merasakan sakitnya. Kesehatannya menjadi prioritas sehingga ia bisa tumbuh sehat dan kuat. Ah nak.. sebentar lagi usiamu pun 1 tahun. Rasanya waktu begitu cepat berlalu. Genggamlah selalu tangan Bunda, nak. Kuatkan dirimu untuk menghadapi dunia. Takkan Bunda mengikat sayap mu. Apabila sudah saatnya, terbanglah. Namun ingat, selalu ada tempat yang akan selalu menunggu mu untuk pulang..
Artikel ini diikutsertakan dalam lomba blog yang diselenggarakan oleh Blogger Perempuan Network dan Tempra.
Leave a Reply