Pagi itu seperti biasa saya dan Andreu berangkat kerja. Namun ada hal yang tidak biasa kami temui. Di pinggir jalan kami melihat seekor anak anjing berukuran sangat kecil dengan usia tidak lebih dari 3 bulan sedang berjalan tak tentu arah mencari makanan. Secara naluriah kami berhenti namun saat dihampiri anak itu lari secepat kilat menuju sebuah kebun kosong. Andreu berinisiatif membeli roti di warung dekat situ dan butuh perjuangan ekstra menembus semak belukar tinggi untuk memberikannya kepada anak tersebut.
Usut punya usut anak tersebut dimiliki oleh sekelompok anak kecil yang menaruhnya di kebun kosong tersebut. Namun dengan pengetahuan yang minim baik dari segi tentang pemeliharaan sampai segi agama mereka hanya menjadikan anak anjing tersebut mainan. Berbekal pengalaman negosiasi dengan anak-anak, kami berdua memastikan mereka untuk memeliharanya dengan benar namun sudah kami duga mereka tidak sanggup. Karena orang tua mereka tidak mengetahui tentang anak anjing tersebut. Jadilah kami membuat kesepakatan. Kami akan mengadopsi Blackie, yang belakangan kami ubah namanya menjadi Wicky mengingat dia tidak ada warna hitamnya sama sekali :D, dan kami memberikan no telp kami agar anak2 tersebut dapat mengetahui kabar Wicky. Wicky pun kami bawa, dan ternyata kondisinya cukup membuat merinding karena selain luka-luka, di sekujur badan Wicky terdapat rayap kayu dan kutu kucing yang banyak sekali. Wicky pun cepat beradaptasi dengan anak kaki 4 kami yang lain. Setelah dimandikan, luka2nya diobati dan perlahan membaik, nafsu makannya pun bagus sekali.
Wicky sempat lumpuh
Selang sebulan ada wabah distemper di rumah kami. 3 anak kaki 4 kami wafat dan terakhir Wicky menunjukkan gejala yang sama tapi lebih parah karena Wicky juga kejang-kejang. Tak mau kehilangan lagi, kami membawa Wicky menuju klinik ternama di daerah pluit. Perjalanan Parung-Pluit kami tempuh dengan motor demi Wicky. Namun sesampainya di klinik tersebut kami merasa sangat kecewa. Wicky memang anjing Mongrel bukan anjing ras seperti yang kebanyakan berobat disitu sehingga perlakuan terhadap Wicky mengecewakan. Saat dicek oleh dokter disana hanya dibilang kemungkinan distemper untuk hidup itu kecil sekali, Wicky hanya di tes tapi tidak diberi obat atau suntikan apa pun. Bahkan saat Wicky mendapat serangan kejang disana, dokter tidak melakukan apa-apa. Sungguh saat itu saya sangat marah dan kecewa dengan penanganan di klinik tersebut.
We will never give up, Wicky!
Kami tetap tidak mau menyerah. Mengingat klinik Drh. Magda Rumawas, yang notabene vet cihuy luar biasa itu, tidak jauh letak kliniknya dari situ, kami pun bergegas kesana. Setelah mendaftar kami tahu diri dengan keadaan Wicky. Tidak ingin anjing lain terkontaminasi distemper, kami pun menunggu agak jauh dari klinik. Agak sedih karena harus membuat Wicky terasing seperti itu, namun kami juga tidak mau egois dengan membahayakan pasien lain. Sambil terus menyemangati Wicky bahwa dia akan sehat, kami bilang padanya akan terus berada disampingnya apa pun yang terjadi. Dan saat nama Wicky dipanggil, dia langsung di cek darah. Dua kali cek darah hasil negatif untuk distemper. Namun melihat gejala di tubuh Wicky, dokter Magda sangat yakin dia terkena distemper dan dalam hal ini distemper syaraf. Dokter Magda memberitahu kami, tidak banyak yang bisa kami lakukan. Selain dari obat yang sudah diberikan, Wicky diberi waktu 3 bulan untuk memastikan dia benar-benar terbebas dari distemper. Simple tapi jelas, kami menerima berita tersebut dan memutuskan untuk berjuang sampai selesai.
Perjalanan menuju 3 bulan itu pun tidak mudah. Dalam waktu 2 hari Wicky lumpuh total. Jangankan untuk berjalan, berdiri saja Wicky tidak mampu. Sehingga untuk buang air harus kami pegang badannya. Menetes air mata ini saat melihat perjuangan Wicky hanya untuk sekedar berdiri. Lagi-lagi kami tidak mau menyerah. Setiap pagi dan malam di waktu dogwalk, Wicky tetap kami ikutsertakan dengan digendong agar dia tetap bisa merasakan semangat untuk sembuh. Wicky mulai tidak bisa mengunyah makanannya. Ada satu momen dimana Max, anak kaki 4 kami yang lain, menggerogoti tulangnya agar remahannya bisa dimakan oleh Wicky. Bahkan jika remahannya sudah terkumpul, Max akan mendorongnya dengan hidung ke arah Wicky. Sungguh besar kasih sayang yang Max berikan untuk adik terkecilnya itu.
Max sayang banget sama Wicky
Kami pun memulai pencarian tentang distemper syaraf, mempelajari apa dan bagaimana distemper syaraf ini sebenarnya. Mulai dari cara penyembuhan medis maupun secara holistik. Kesimpulannya adalah menaikkan imun agar penyakit tidak berkembang dan menimbulkan infeksi sekunder. Kami pun mencoba dengan pemberian antibiotik dan kalsium dari dokter, ditambah suplemen untuk syaraf, air campur madu, vitamin C dosis tinggi, air kelapa hijau, minyak jinten hitam, dan Transfer Factor (Alhamdulillah we found this suplement!).
Peningkatan terlihat dari nafsu makan Wicky. Andreu mengurut pelan bagian kaki Wicky setiap harinya sehingga kaki-kakinya pun mulai bisa digerakkan. Saat paling mengharukan adalah saat Wicky berusaha berdiri untuk ikut menyambut saat kami pulang ke rumah. Perlahan tapi pasti Wicky mulai bisa berdiri. Sedih rasanya melihat dia jalan menabrak sana sini saat berusaha berdiri. Disitulah kami, pawparents, diuji. Harus tetap menyemangati Wicky walau hati sedih melihat dia berulang kali terjatuh saat berusaha berjalan. Ada juga masa-masa sulit dimana perjuangan ini terasa berat baik dari segi moril maupun materiil. Bahkan saya pernah membisikkan kata-kata ini ke Wicky, “ Anak bunda cantik.. kalau Wicky merasa sudah lelah untuk berjuang, bunda rela kalau Wicky mau pergi. Tapi kalau kamu mau terus berjuang, yuk kita sama-sama..â€
Saat Wicky belajar berdiri tegak kembali
Saat ini sudah hampir 2 tahun dari diagnosa awal Wicky. Alhamdulillah kemajuan Wicky semakin pesat. Awalnya walau tertatih Wicky mulai bisa mengejar kakak-kakaknya yang berjalan di depan. Bahkan saat melihatnya bisa berlari kencang lagi, walau sesekali terhuyung, adalah hari paling membahagiakan bagi kami semua. Tak terlihat sekalipun rasa lelah di wajahnya. Semangat Wicky mengajarkan kami semua untuk selalu tetap berusaha sampai titik penghabisan. Dan selama ada jalan maka tidak akan ada salahnya untuk dicoba.
Hi, anjing saya baru sebulan sembuh dr distemper, masih perlu berjuang 2 bln lagi ya… dia jg bukan ras anjing yg spesial, hanya mix tekel. Tp saya berusaha keras membuat dia sembuh, memberikan sgala jenis vitamin… ya dlm proses 1 bln ini begitu berat juga kadang muntah kadang diare, tp syukur dia masih ttp mau makan dan minum. Skrng timbul bintik2 spt bisul lg di kulit nya, karena blakangan ini dia sedikit sisah makan jd saya ajak dia jalan2 kluar tp sptnya tubuhnya blm maximal menerima berbagai kuman dluar rumah ah hasil skrng dia gatel2 dan ada bentol nanah spt dia terkena virus distempel pertama kali bulan lalu. Wkt kluar dr rmh sakit dokter memvonis dia akan kelainan saraf tp syukur bgtu kluar dr rmh sakit dia berlari2 dan sangat happy sehingga hampir tidak ada gangguang saraf…
Dr artikel yg anda tulis anda memberikan vitamin c dosis tinggi, mungkin saya akan memberikan itu juga karena selama ini yg saya berikan rutin setelah slesei mnm antibiotic hanya vitamin imboost f , probiotic Dan multi vitamin. Smoga anjing saya bisa sehat spt anjing anda, karena dia sudah saya anggap spt anak saya sendiri… thank’s inspirasinya